“Dengan memelihara ketakutan maka akan muncul tindakan-tindakan yang irasional.”
Beberapa hari yang lalu, saya mendengarkan podcast yang difollow oleh jutaan orang di salah satu platform audio terkenal. Temanya cukup menarik menurut saya yaitu tentang kenapa orang menjadi miskin? Sebelumnya di platform lain ada podcast yang membahas tema serupa yang bagi saya sangat mengena di hati. Apalagi jika dikaitkan dengan kondisi yang akan kita hadapi bersama yaitu resesi ekonomi 2023.
Tema tentang bagaimana cara menjadi miskin adalah topik yang menarik dibicarakan dan dilihat dari sudut pandang lain. Jika motivator terkenal selalu memberikan motivasi tentang menjadi kaya dan sukses, maka tema ini tentu saja dapat membawa perubahan pandangan masyarakat awam.
Alasan mempelajari langkah-langkah menjadi miskin akan membuat kita tetap waspada, karena tidak ada orang secara sadar yang mau menjadi miskin. Sehingga perlunya mengetahui tips dan belajar menjadi orang miskin adalah salah satu cara menghindari menjadi miskin secara penuh kesadaran.
Seluruh bangsa di dunia baru saja melewati terjangan dan hantaman pandemi Covis-19 yang mempengaruhi laju perekonomian. Dengan tertatih-tatih akhirnya perjuangan selama kurang lebih tiga tahun dapat dilewati, tetapi cobaan kembali datang dengan adanya ancaman resesi ekonomi yang tampak di depan mata.
Tentu saja bagi orang-orang kecil seperti kita akan merasa was-was menghadapinya. Bagi kita pekerja yang mendapat gaji bulanan dan tidak mempunyai penghasilan lainnya yang sewaktu-waktu bisa saja tidak dibayarkan gaji bulanannya jika resesi benar-benar terjadi dan mengganggu stabilitas ekonomi sehingga bisa saja menjadi pintu masuk ke dalam lobang kemiskinan.
Di sejumlah media massa juga bermunculan artikel-artikel tentang tips mencegah kejatuhan akibat resesi, tips mencegah jatuh miskin saat terjadinya resesi atau tips-tips pengelolaan keuangan selama resesi. Namun, tulisan ini diharapkan menjadi sudut pandang yang berbeda dengan berfokus kepada perilaku dan pola pikir tentang kemiskinan..
Dalam tulisan ini kita tidak membahas tentang takdir menjadi miskin. Tetapi mindset dan tingkah laku yang membuat orang mudah terjerumus dalam jurang kemiskinan. Ada beberapa perilaku yang mempercepat kita berada dalam situasi bangkrut secara ekonomi.
Pertama adalah memelihara ketakutan. Ketakutan di sini adalah takut menjadi miskin. Dengan memelihara ketakutan maka akan muncul tindakan-tindakan yang irasional, tidak mempunyai prinsip bahkan seringkali mengambil keputusan yang hanya berdampak jangka pendek.
Ketakutan menjadi miskin dan keinginan menjadi cepat kaya ditambah lagi dengan minimnya pengetahuan finansial yang memadai adalah pintu masuk orang-orang yang akan masuk jurang kemiskinan dalam jalur eksklusif alias jalur cepat.
Terjebak dalam investasi bodong atau MLM yang tidak diketahui ujung pangkalnya adalah jalur prioritas menjadi miskin. Berharap mendapatkan uang banyak secara instan dan dalam tempo sesingkat-singkatnya tanpa melalui fase berjuang-gagal-bangkit berjuang-gagal-berjuang sampai dengan berhasil. Dalam tahap ini seseorang cenderung untuk mencari pembenaran setiap apa yang diputuskan dan dilakukan.
Padahal dari setiap ketakutan yang muncul, maka hanya ada dua pilihan hidup yaitu fight or flat. Artinya menghadapi ketakutan kita harus menghadapinya dan mencari solusi atau berlari dari kenyataan. Mencari solusi untuk menghadapi ketakutan miskin adalah mencari cara agar terhindar dari jalan menuju kemiskinan itu sendiri. Running a way untuk setiap masalah akan menimbulkan masalah yang baru.
Demikian juga dengan ketakutan, tidak akan hilang rasa takut jika tidak dihadapi dengan penuh keyakinan. Bahwa ada solusi untuk setiap situasi dan hambatan yang diterima. Demikian juga tentang kemiskinan ataupun mental miskin itu sekalipun.
Tidak mempunyai rencana masa depan adalah poin kedua dari tata cara mempersiapkan diri menjadi miskin. Tidak membuat rencana ini tentu saja juga didukung dengan tidak adanya pengetahuan yang dimiliki orang tersebut. Akan berbeda artinya dengan tipe orang going a flow. Tidak membuat rencana masa depan juga berarti mengikuti trend yang ada.
Perilaku ini lebih mirip tidak mempunyai prinsip apapun dalam kehidupannya. Tipikal perilaku ini salah satunya adalah berperilaku konsumtif tinggi tanpa mengerti tentang financial budgeting. Mereka lebih memilih untuk mempercepat kesenangan yang sebenarnya adalah efek dari ketakutan yang dipelihara di tahap sebelumnya.
Solusi bagi perilaku ini tentu saja harus belajar tentang manajemen tujuan di masa depan. Bukan apa yang diinginkan dalam kehidupannya tetapi lebih kepada apa kebutuhan dalam dari kehidupannya. Ini bukan hanya tentang mengelola keuangan. Mempunyai cita-cita dan mencoba mencapai cita-cita tersebut adalah salah satu cara menyiasatinya.
Ketiga adalah menjadi kebanyakan, jangan menjadi unik. Salah seorang mantan menteri yang berkibar dalam dunia kreatif pernah mengatakan, menjadi unik adalah salah satu cara untuk sukses. Dari kalimat tersebut dapat ditafsirkan bahwa memenuhi standar umum sosial adalah sebuah hal biasa. Hal yang biasa itu tidak membuat orang tersebut menjadi bintang.
Standar umum adalah mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang orang lakukan dan berbeda akan berkebalikan dengan standar umum. Saat orang hidup dengan cara konsumtif, kita mengikutinya. Saat mereka melakukan healing dengan alasan menjaga kewarasan dan kesehatan mental padahal ada yang harus dilakukan yang juga akan menjaga kewarasan dan kesehatan mental nantinya tetapi tidak dilakukan.
Saat ini ketika banyak argumentasi tentang strawberry generation yang menganut self diagnosis, di mana jika tidak melakukan seperti mereka-mereka kebanyakan lakukan maka akan mendapatkan tekanan dan hal tersebut membuat kita akan dianggap berbeda dan ketinggalan.
Orang-orang yang mempunyai prinsip seringkali dianggap nyeleneh. Padahal mereka adalah orang-orang yang unik. Karena jumlah mereka lebih sedikit dibandingkan orang berperilaku plintat-plintut.
Tiga poin utama di atas merupakan sedikit cara yang bisa diterapkan jika ingin menjadi miskin. Ingat, jika ingin menjadi miskin. Menjadi miskin atau tidak adalah sebuah pilihan. Pilihan-pilihan inilah yang membentuk perilaku sehingga lama kelamaan akan menjadi kenyataan.
Menjadi miskin itu tidak mudah, sama sulitnya dengan menjadi sukses. Jika kita siap menjadi menjadi miskin, kenapa kita tidak memilih menjadi sukses. Karena miskin dan sukses adalah satu hal yang sama dengan dua jalan yang berbeda. Semua ada di dalam pilihan kita sendiri.
Penulis: Risnawati Ridwan